PENDAHULUAN

        Daulah Abbasiyah merupakan lanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendirinya adalah keturunan Abbas, paman Nabi.

      Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abdullah as-Safah. Kekuasaannya berlansung dari tahun 750-1258 M.

      Di dalam Daulah Bani Abbasiyah terdapat ciri-ciri yang menonjol yang tidak terdapat di zaman bani Umayyah, antara lain :

  1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan Dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab.

 

  1. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa bani Abbas ada jabatan Wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  1.  Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya belum ada tentara Khusus yang profesional.

KATA PENGANTAR 

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan petunjuknya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah “Pertumbuhan & Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiyah” untuk menjadi materi

Salawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw. Beliaulah manusia pilihan Allah Swt, yang menjadi masa pertama perkembangan ilmu pengetahuan.

            Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas dukungan dan doanya yang selalu menyertai setiap pekerjaan.

Terima kasih kepada ibu guru yang telah memberi kami tugas ini. Karena dengan adanya tugas ini kami lebih terdorong untuk membaca Sejarah pertumbuhan & Perkembangan Ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah. Sehinggan secara tanpa disadari ilmu sejarah yang dimiliki semakin bertambah dan tentunya dapat digunakan sebagai teladan kehidupan sekarang.

Tak lupa terima kasih kami juga kepada teman-teman yang telah berpartisipasi atas selesainya makalah ini. Karena tanpa ada partisipasi dariteman-teman mungkin saja makalah ini belum menemukan materi sampai batas waktu yang telah di tentukan.

            Tidak lupa terima kasih kami kepada pembaca, karena telah menyempatkan diri untuk membaca makalah sederhana kami. Sesungguhnya kami sangat mengharapkan saran dan kritikuntuk pembuatan makalah yang lebih baik, selanjutnya.                                                                                   

 

                                                                                               Anabanua,  Maret 2011

                                                 

 

 

 

Penulis

 

 

 DAFTAR ISI 

 

 

Pendahuluan                                                                                  i

Kata Pengantar                                                                   ii

Daftar isi                                                                                               iii

BAB 1                                                                                     1

  1. Sejarah Singkat Pada masa Bani Abbasiyah
  2. Perkembangan islam Pada Masa Bani Abbasiyah
  3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada masa bani Abbasiyah

BAB 2                                                                                     6

  1. Awal Berdirinya Bani Abbasiyah
  2. Sistem Pemerintahan, Politik dan Bentuk Negara
  3. Perkembangan Intelektual
  4. Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik
  5. Kehidupan Perekonomian Daulah Bani Abbasiyah
  6. Strategi Kebudayaan dan Rasionalitas
  7. Catatan Simpul

PENUTUP                                                                                       15

 

BAB 1 

 Daulah Bani Abbasiyyah berkuasa selama 5 abad yaitu mulai tahun 132-656 H/750-1258 

M, menggantikan Daulah Bani Umayyah yang telah berkuasa selama 92 tahun (40-132 H/660-
750 M). Dengan wafatnya Marwan bin Muhamad dalam suatu pertempuran melawan Bani Abbasiyyah,
maka berakhir pulalah kekuasaan Bani Umayyah.
            Dinamakan Bani Abbasiyyah, karena para pendiri dan khalifahnya merupakan keturunan dari
Abbas bin Abdul Mutholib (paman Nabi Muhammad s.a.w.)
            Khalifah yang pertama kali menduduki jabatan adalah Abdul Abbas Asy Syafah yang berkuasa
pada tahun 132-136 H/750-753 M yang kemudian diikuti oleh khalifah-khalifah yang lain silih
berganti sebanyak 37 khalifah.
            Selama berkuasa Daulah Bani Abbasiyyah mengalami masa kejayaannya, mulai dari berdirinya
hingga sampai pada masa pemerintahan khalifah Al Watsik Billah tahun 232 H/879 M. Masa
tersebut merupakan masa yang gilang gemilang, bahkan dapat dikatakan masa keemasan bagi umat
Islam.
            Diantara khalifah yang besar adalah Abu Abbas Asy Syafa, Abu Jafar al Mansyur, Harun ar
Rasyid, Al Makmum, Al Mu’tazim dan Al Watsik. Mereka adalah para kholifah yang telah
menghantarkan ke puncak masa kejayaan dan keemasan daulah Bani Abbasiyyah. Setelah itu hampir
tidak ada khalifah yang besar lagi, ini dikarenakan mereka lebih banyak disibukkan dengan hal
duniawi dan saling berebut kekuasaan.
            Khalifah yang terakhir adalah Al Mu’tazim yang berkuasa pada tahun 124 H/1258 M dan mati
terbunuh oleh pasukan Mongol pimpinan Hulogu Khan (cucu dari Jengis Khan).
            Sesudah al watsik masih ada lagi 28 khalifah yang memerintah. Tetapi pada umumnya mereka kurang membawa kemajuan, adapun khalifah yang terakhir yaitu Al Muktasim.
            Dengan tumbangnya Bani Umayyah, maka kekuasaan pun pindah ke tangan Bani Abbasiyyah
berikut wilayah kekuasaannya kecuali Kordova Spanyol, sehingga wilayahnya meliputi : Afrika Utara,
Mesir, Tripoli dan sekitarnya juga negara-negara yang berbeda di Asia Tengah sepeti Turki, Siberika,
Romawi Timur, Persia, Irak, Yaman, Palestina, Afghanistan dan sebagian India dengan Ibu kotanya
Baghdad.
            Dalam aktivitas pemerintahannya Daulah Bani Abbasiyyah mengambil pusat kegiatannya di
kota Baghdad dan sekaligus dijadikan sebagai ibu kota negara. Dari sinilah segala kegiatan baik politik,
sosial, ekonomi, keuangan, kekuasaan, pengetahuan, kebudayaan dan lain-lain dijalankan.
            Kota Baghdad dijadikan sebagai kota pintu terbuka, artinya siapapun boleh memasuki dan tinggal di kota tersebut, sehingga semua bangsa yang menganut berbagai agama dan keyakinan 
diijinkan bermukim didalamnya, dengan begitu Baghdad menjadi kota interenasional yang sangat ramai dan didalamnya berkumpul berbagai unsur : Arab, Turki, Persia, Romawi. Qibthi dan sebagainya. 
            Sehingga bisa dikatakan bahwa pada masa pemerintahan Bani Abbasiyyah, upaya perluasan daerah kurang begitu diperhatikan akan tetapi dibidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan terjadi kemajuan yang begitu spektakuler. Hal ini ditandai dengan munculnya para ilmuwan/cendekiawan dan ulama yang terkenal seperti halnya Ibnu Sina Al Gozali –Al Farabi, Imam Syafii, Hanafi, Hambali, Imam Maliki, Ibnu Rusydi khalifah yang telah membawa kemajuan Bani Abbasiyyah dan lain-lain. 
BAB 2

            Pada masa Daulah Abbasiyyah kehidupan peradaban Islam sangat maju. Sehingga pada masa itu dikatakan sebagai jaman keemasan Islam. Karena kaum muslim sudah sampai pada puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi dan keuangan lebih lagi dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir. Hal ini dikarenakan antara lain :

a)        Penerjemahan buku berbahasa asing. Seperti halnyaYunani, Mesir, Persia, India dan lain-lain kedalam bahasa Arab dengan sangat gencar.

b)        Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh kaum muslimin itu sendiri.

            Buku-buku yang diterjemahkan antara lain : Ilmu kedokteran, Kimia, Ilmu Alam, Mantiq
(logika), Filsaft Al Jabar, Ilmu Falaq, Matematika, Seni dan lain-lain. Penerjemahan dan penelitian tersebut pada umumnya dilakukan pada masa pemerintahan Abu Ja’far, Harun ar Rosyid – Al Makmum dan Mahdi.

            Lebih-lebih pada masa pemerintahan Harun Ar Rosyid. Beliau sangat serius dalam memajukan pengetahuan tersebut, sehingga didirikanlah lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama “BAITUL HIKMAH” . Sebagai pusat penerjemahan penelitian dan pengkajian ilmu perpustakaan serta lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi).
            Dengan begitu kaum muslimin dapat mempelajari berbagai ilmu dalam bahasa Arab. Dan hasilnya bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal. Bermunculan juga ulama-ulama besar yang sangat tersohor seperti halnya Imam Abu Hanafi – Imam Malik – Imam Syafi’i – Imam Hambali, Imam Bukhori dan Imam  Muslim dan lain-lain. 
            Kemajuan demikian tidak lain karena kepemimpinan dijalankan para kholifah/Sultan yang mempunyai kharisma, professional disamping kaum muslim juga mempunyai kesadaran yang tinggi dalam memperjuangkan Islam ke tempat yang paling atas. Akhirnya terjadilah perpaduan yang sangat menguntungkan bagi perkembangan peradaban Islam. 
            Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka peluang seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang mencintai ilmu, menghormati para sarjana dan memuliakan para pujangga. 
            Mereka benar-benar menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Mereka mempraktekkan syareat Islam : bahwa tinggi rendahnya derajat dan martabat seseorang tergantung pada banyak sedikitnya pengetahuan yang ia miliki disamping ketakwaannya pada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT  Yang artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang dberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al Mujaddalah.11) 
            Para khalifah dalam memandang ilmu pengetahuan sangat menghargai dan memuliakannya. Oleh karena itu, mereka membuka peluang seluas-luasnya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh mahasiswa. Baik dari kalangan Islam maupun kalangan lainnya.

            Para khalifah sendiri pada umumnya seorang ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan para pujangga. Kebebasan berfikir sangat dijunjung tinggi. Para sarjana (ulama) dibebaskan untuk berijtihad mengembangkan daya intelektualnya dan bebas dari belenggu taqlid. Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan umum atau agama berkembang sangat tinggi. Sebagai bukti antara lain :

1)      Didirikanlah Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan, peneliti dan pengkajian ilmu
pengetahuan baik agama maupun umum.

2)      Didirikan “Majelis Munazarot” yaitu suatu tempat berkumpulnya para sarjana muslim, untuk membahas ilmu pengetahuan, para sarjana muslim untuk membahas ilmu pengetahuan, para sajarna muslim diberi kebebasan berfikir dari ilmu pengetahuan tersebut.

3)      Dibentuk Korps Ulama yang anggotanya terdiri dari berbagai negara dan berbagai agama yang bertugas menterjemahkan, membahas dan menyusun sisa-sisa kebudayaan kuno, sehingga pada masa itu muncullah tokoh-tokoh muslim yang menyebarluaskan agama Islam dan menghasilkan karya-karya yang besar antara lain :

  1. Imam Abu Hanifah (700-767 M). Imam Malik (713-765 M) Imam Syafii (767-820 M) Imam Ahmad bin Hanibal (780-857 M). Para mujtahiq yang mencurahkan segala kemampauannya untuk mendapatkan ilmu praktis dan syareat Islam yang digali dari Qur’an dan hadist yang terkenal dengan ilmu fikih. Sehingga ajaran islam mudah untuk diamalkan.
  2. Imam Sibawaih, Is bin Umar as Saqofi sebagai tokoh bahasa Arab, Nahwu shorof Balaghoh dan lain-lain.
    Imam bukhori dengan hasil karyanya shoheh Bukhari.
    Imam Muslim dengan hasil karyanya shoheh muslimnya
    Imam Abu Dawud dengan hasil karyanya Sunan Abu Dawudnya.
    Imam bin Majah dengan hasil karyanya Sunan ibnu majahnya
    Imam Tirmidhi dengan hasil karyanya sunan Tirmidhinya
  3.  Rabi’ah al Adawiyah ahli tasawuf dengan ajarannya mahabbah.
  4.  Abu Hamid Muhammad bin Ahmad Ghozali dengan hasil karyanya ihya ulumudin

            Kemajuan yang dicapai pada masa kejayaan Islam, yakni terjadi pada masa pemerintahan Daulah bani Abbasiyyah. Dalam segala bidang, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dll. Pada masa itu, kemajuan ilmu pengetahuan begitu pesatnya. Baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.

  1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

1)    Ilmu Tafsir
         Ilmu tafsir yaitu ilmu yang menjelaskan tentang makna/kandungan ayat Al Qur’an.     Sebab- sebab turunnya ayat /Az babun nuzulnya, hukumnya dan lain-lain. Adapun ahli tafsir yang  termasyur ketika itu antara lain :

  1. Ibnu Jarir At Thabari dengan tafsirnya Al-Qur’annul Azim sebanyak 30 juz
  2. Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany (mu’tazilah), tafsirnya berjumlah 14 jilid.

2)    Ilmu Hadist

      Ilmu hadist adalah ilmu yang mempelajari tentang hadist dari sunat, perawinya, isi dll. Pada masa itu bermunculan ahli-ahli hadist yang besar dan terkenal beserta hasil karyanya, antara lain :

  1. Imam bukhari, lahir di Bukharo 194 H di Baghdad, kitabnya yang termasyur adalah Al-Jami’us shohih dan terkenal dengan shohih Bukhori.
  2. Imam Muslim wafat tahun 216 H di Naisabur. Kitabnya Jaim’us Shohih dan terkenal dengan ”Shahih Muslim”
  3. Abu Dawud dengan kitab hadistnya berjudul “Sunan Abu Dawud”.
  4. Ibnu majah dengan kitab hadistnya Sunan Ibnu majah.
  5. At-Turmidhi dengan kitabnya “Sunan Turmidhi.
  6. Dan lain-lain

3)   Ilmu Fikih

      Ilmu fikih, yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum Islam (segala sesuatu       

yang diwajibkan, dimakruhkan, dibolehkan dan yang diharamkam oleh agama Islam. Beberapa 

tokoh fikih yang termasyur ialah :

  1. Imam Abu Hanifah ( 80-150H / 700-767M ) beliau menyusun madzhabnya yaitu
    madzhab Hanafi.
  2. Imam Malik Bin Anas, lahir di Madinah tahun 93 H / 788 M dan meninggal di Hijaz
    pada tahun 170 H / 788 M, beliau menyusun madzhab Maliki.
  3. Imam Syafii nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idris bin Syafi’i ( 150 – 204H /
    767- 820M ), sewaktu berumur 7 tahun sudah hafal Al-Qur’an dan menyusun
    madzhabnya yaitu madzhab Syafi’i.
  4. Imam hambali ( 164-241H / 780- 855M ), beliau menyusun madzhabnya, yaitu
    madzhab Hambali. Para mujtahidin mencurahkan segala kemampuannya untuk
    mendapatkan ilmu-ilmu praktis dalam syariat Islam sehingga umat Islam dengan mudah dapat melaksanakan.

4)      Ilmu Tasawuf

Ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang mengajarkan cara-cara membersihkan hati. Pikiran dan
ucapan dari sifat yang tercela, sehingga tumbuh rasa taqwa dan dekat kepada Allah. Untuk
dapat mencapai kebahagiaan abadi (bersih lahir dan bathin). Orang muslim yang menjalani kehidupan tasawuf disebut “Sufi”. Tokohnya antara lain :

  1. Rabi’ah Adawiyah (lahir di Baghdad tahun 714 M ajaran tasawufnya dinamakan “Mahabbah”
  2. Abu Hamid bin Muhammad bin ahmad Ghozali (1059 – 111 M) – hasil karyanya yang terkenal adalah “Ihya Ulumuddin”
  3. Abdul Farid Zunnu Al Misri, lahir tahun 156 H / 773 M – 245 H / 860 M), beliau dapat membaca Hieroglif yang ditinggalkan di zaman Firaun (Mesir).

5)      Filsafat Islam
        Filsafat islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakekat segala sesuatu yang ada, sebab asal hukumnya atau ketentuan-ketentuannya
berdasarkan al-Quran dan hadist. Manfaat filsafat islam adalah untuk menemukan hakekat segala sesuatu sebagai ciptaan Allah dan merupakan bukti kebesaranNya. ( QS Ali Imran 190 )
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Adapun totkoh filsafat Islam antara lain :

  1. Al-Kindi ( 185 – 252H / 805 – 873M ), terkenal dengan sebutan “Filosof Arab”
    beliau menerjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa Arab.
    Bermacam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat. Al Kindi bukan hanya
    Filosof, tetapi juga ahli ilmu matematika, astronomi, formakologi dan sebagainya.
  2. Al Farabi ( 180 – 260H / 780 – 863M ) beliau menerjemahkan buku-buku asing
    kedalam bahasa Arab. Al Farabi banyak menulis buku mengenai logika,
    matematika, fisika, metafisika, kimia, etika dan sebagainya. Filsafatnya mengenai
    logika antara lain dalam bukunya “Syakh Kitab al Ibarah Li Aristo”, menjelaskan
    logika adalah ilmu tentang pedoman yang dapat menegakkan pikiran dan dapat
    menunjukkannya kepada kebenaran. Dia digelari sebagai guru besar kedua, setelah Aristoteles yang menjadi guru
    besar pertama, buah karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.
  3. Ibnu Sina (Abdullah bin Sina) ( 370 – 480H / 980 – 1060M ),
    Di Eropa dikenal dengan nama Avicena.
    Sejak kecil ia telah belajar bahasa arab, geometri, fisika, Logika, Teologi Islam,
    Ilmu-ilmu Islam dan Kedokteran. Beliau seorang dokter di kota Hamazan Persia
    menulis buku-buku kedokteran dan mengadakan penelitian tentang berbagai
    macam jenis penyakit, beliau juga seorang filosof yang terkenal dengan idenya
    mengenai faham serba wujud atau Wahdatul wujud, juga ahli fisika dan ahli jiwa.
    Pada usia 17 tahun ia sangat terkenal. Karangan Ibnu Sina lebih dari dua ratus
    buku, yang terkenal antara lain :
  4. ASY SYIFA, buku ini adalah buku filsafat, terdiri atas empat bagian yaitu
    logika, fisika, matematika dan metafisika.
  5. AL-QONUN atau CANON OF MEDICINE. Menurut penyebutan orang-
    orang barat, buku ini pernah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan pernah
    menjadi buku standar untuk Universitas-universitas Eropa sampai akhir abad
    ke 17.
    1. Ibnu Rusyd
      Dilahirkan di Cardova pada tahun 250 H / 1126 M dan meninggal tahun 675 H/1198 M. Dia dikenal di Eropa dengan nama Averroes. Dia adalah ahli filsafat yang dikenal dengan sebutan bapak Rasionalisme, dia juga hali ilmu hayat, ilmu fisika, ilmu falak, ilmu akhlaq juga ilmu kedokteran, ilmu fikih. Karyanya antara lain :
      – Fasul Maqol fima Baina al Hikmati Wasyari’at Minal Ittisal.
      – Bidayatul Mujtahid
      – Tahafutut Tahafud
      – Fikih
               Karangan beliau hingga kini masih banyak dijumpai di perpustakaan Eropa dan
      Amerika.

6)      Kedokteran
        Pada masa daulah bani Abbasiyyah kedokteran mengalami perkembangan dan
kemajuan, khususnya tatkala pemerintahan Harun ar Rosyid dan khalifah-khalifah
besar sesudahnya.
Pada waktu itu sekolah-sekolah tinggi kedokteran didirikan, sehingga banyak
mencetak sarjana kedokteran.
Diantara dokter-dokter muslim tersebut yang terkenal antara lain :

  1. Hunain Ibnu Iskak, lair pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M.
    beliau adalah dokter spesialis mata, karyanya adalah buku-buku tentang berbagai
    penyakit, dan banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa
    Yunani kedalam bahasa Arab.
  2. Ibnu Sina, disamping filosof juga sebagai tokoh kedokteran, bukunya yang sangat
    terkenal dibidang kedokteran adalah Al-Qonun Fi Al-tib dijadikan buku pedoman
    kedokteran di Universitas-universitas Eropa maupun negara-negara Islam.

 

7)      Astronomi

        Adalah ilmu yang mempelajari perjalanan matahari, bumi, bulan dan
bintang-bintang dan planet-planet yang lain.
Tokoh-tokohnya antara lain :

  1. Abu Mansur Al Falaqi
  2. Jabir Al Batani, beliau pencipta alat teropong bintang yang pertama.

8)      Matematika
Para tokohnya antara lain :

  1. Al-Khawarizmi (194 – 266 H)
    Beliau telah menyusun buku Aljabar, dan yang menemukan angka nol (0).
    Angka 1-9 berasal dari Hindu, yang telah dikembangkan oleh umat Islam (Arab).
  2. Umar Khayam
    Buku karyanya adalah Treatise On Algebra dan buku ini telah diterjemahkan
    kedalam bahasa Perancis

9)      Sejarah
        Sejarah ialah ilmu yang mempelajari tentang berbagai peristiwa masa lampau yang
meliputi waktu dan tempat peristiwa itu terjadi, pelakunya, peristiwanya dan disusun
secara sistimatis. Dengan mempelajari sejarah seseorang dapat mengambil pelajaran dan manfaat dan hikmahnya dari peristiwa tersebut.
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat Pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf 111)
Tokoh sejarah antara lain :

  1. Ibnu Qutaibah (828 M – 889 M0 dengan hasil karyanya Uyun Al Akhbar yang
    berisi sejarah politik negeri-negeri islam. At Thabari (839 M – 923 M) menulis tentang sejarah para rasul dan raja-raja.
  2. Ibnu Khaldun 1332 M – 1406 M hasil karyanya Al-Ihbar banyaknya 7 jilid dan
    setiap jilidnya berisi 500 halaman.

10)  Perkembangan Kebudayaan
        Kemajuan yang dicapai Daulah bani Abbasiyyah, disamping ilmu pengetahuan,
berkembang pula bidang kebudayaan yang ditandai dengan munculnya berbagai karya
seni.
        Dalam bidang seni rupa telah mengalami kemajuan yang pesat antara lain pahat, ukir,
sulam, seni lukis, kaligrafi dan lain-lain. Hal ini bisa dilihat di dinding-dinding istana
kholifah, masjid, gedung yang indah dan megah.
        Seni ukir, kaligrafi, hasil karyanya bisa diliha di Masjid-masjid, istana kholifah dan
gedung-gedung yang megah. Seni sulam menghiasi permadani, pakaian, hiasan dinding
dan sebagainya. Demikian juga dengan seni lainnya diantaranya :

–        Seni Lukis mengalami kemajuan dan lahirlan pelukis terkenal yang bernama Abdul
Karim mansur yang nama aslinya Firdaussi. Beliau yang pertama kali membuat buku
bergambar di dunia ini dengan judulnya Syah Nama. Buku ini telah disalin kedalam
bahasa Perancis, Inggris dan Jerman.

–        Seni Bangunan, berdiri gedung-gedung yang kokoh dengan arsiteknya yang indah
dan megah, antara lain : istana Raja, Masjid, dan lain-lain.

–        Seni Suara, Seni Musik dan Seni Tari juga mengalamii kemajuan sebagai bukti
muncullah penyanyi-penyanyi terkenal, sekolah, sekolah musik dan pabrik-pabrik alat
musik. Demikian juga dengan seni bahasa, bermuncullah sastrawan-sastrawan
terkenal

 

BAB 3

ISLAM MASA DAULAT BANI ABBASIYAH

 

  1. H.  Awal Berdirinya Bani Abbasiyah

     Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan dI Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-1258 M (Syalaby,1997:44).

     Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang

paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara

pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah).

Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria,

berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan

Abbasiyah.

     Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian

Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan ideologi. Sehingga

dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi.

Menurut Crane Brinton dalam Mudzhar (1998:84), ada 4 ciri yang menjadi identitas

revolusi yaitu :

  1. Bahwa pada masa sebelum revolusi ideologi yang berkuasa mendapat kritik keras darimasyarakat disebabkan kekecewaan penderitaan masyarakat yang di sebabkanketimpangan-ketimpangan dari ideologi yang berkuasa itu.
  2. Mekanisme pemerintahannya tidak efesien karena kelalaiannya menyesuaikanlembaga-lembaga sosial yang ada dengan perkembangan keadaan dan tuntutan zaman.
  3. Terjadinya penyeberangan kaum intelektual dari mendukung ideologi yang berkuasapada wawasan baru yang ditawarkan oleh para kritikus.
  4. Revolusi itu pada umumnya bukan hanya di pelopori dan digerakkan oleh orang-orang lemah dan kaum bawahan, melainkan dilakukan oleh para penguasa oleh karena hal-haltertentu yang merasa tidak puas dengan syistem yang ada .

     Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas. Antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya dalam menegakkan kekuasaan keluarga besar paman nabi SAW, yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan).

     Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan.Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah terletak berdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut aliran Syi‘ah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan dengan golongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang penduduknya  mendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang bertemperamen pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah diharapkan dakwah kaum Abbassiyah mendapatkan dukungan. Di bawah pimpinan Muhammad bin Ali al-Abbasy, gerakan Bani Abbas dilakukan dalam dua fase yaitu : 1) fase sangat rahasia; dan 2) fase terang-terangan dan pertempuran

     Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim keseluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan yang merasa tertindas, bahkan juga dari golongan yang pada mulanya mendukung Bani Umayyah.

     Setelah Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, maka seorang pemuda Persia yang gagah berani dan cerdas bernama Abu Muslim al-Khusarany, bergabubg dalam gerakan rahasia ini. Semenjak itu dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran. Akhirnya bulan Zulhijjah 132 H Marwan, Khalifah Bani Umayyah terakhir terbunuh di Fusthath, Mesir. Kemudian Daulah bani Abbasiyah resmi berdiri.

  1. I.      Sistem Pemerintahan, Politik dan Bentuk Negara

Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada pemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimana diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khalifahurrasyidin. Hal ini dapatdilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya “.

Pada zaman Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain :

  1.  Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
  2. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
  3. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
  4. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya
  5. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah (Hasjmy, 1993:213-214).

Selanjutnya periode II , III , IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah mengalami penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat , kecuali pengakuan politik saja . Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya ,dan mereka telah mendirikan atau membentuk pemerintahan sendiri. Misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh: daulah Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, Daulah Fatimiyah.

Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh para Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu : pertama, tindakan keras terhadap Bani Umayah. Dan kedua pengutamaan orang-orang turunan persi.

Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu oleh seorang wazir (perdana menteri) atau yang jabatanya disebut dengan wizaraat. Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu:

1)      Wizaraat Tanfiz (system pemerintahan presidensil ) yaitu wazir hanya sebagai pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah.

2)      Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabinet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan . Sedangkan Khalifah sebagai lambang saja.

Pada kasus lainnya fungsi Khalifah sebagai pengukuh Dinasti-Dinasti lokal sebagai gubernurnya Khalifah (Lapidus,1999:180). Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah dewan yang bernama diwanul kitaabah (sekretariat negara) yang dipimpin oleh seorang raisul kuttab (sekretaris negara).

Dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen). Tata usaha Negara bersifat sentralistik yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy. Selain itu, dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirul umara, baitul maal, organisasi kehakiman.

Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Berdasarkan perubahan tersebut, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi 3 periode, yaitu :

  1. 1.    Periode pertama (750–847 M)

Pada periode ini, seluruh kerajaan Islam berada di dibawah kekuasaan para Khalifah

kecuali di Andalusia. Adapun para Khalifah yang memimpin pada ini sebagai berikut :

  1. Abul Abbas as-saffah (750-754 M)
  2. Abu Ja’far al mansyur (754 – 775 M)
  3. Abu Abdullah M. Al-Mahdi bin Al Mansyur (775-785 M)
  4. Abu Musa Al-Hadi (785—786 M)
  5. Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
  6. Abu Musa Muh. Al Amin (809-813 M)
  7. Abu Ja’far Abdullah Al Ma’mun (813-833 M)
  8. Abu Ishak M. Al Muta’shim (833-842 M)
  9. Abu Ja’far Harun Al Watsiq (842-847 M)
  10. Abul Fadhl Ja’far Al Mutawakkil (847-861)

 

  1. 2.    Periode kedua (232 H/847 M – 590 H/1194 M)

Pada periode ini, kekuasaan bergeser dari sistem sentralistik pada sistem

desentralisasi, yaitu ke dalam tiga negara otonom :

  1. Kaum Turki (232-590 H)
  2. Golongan Kaum Bani Buwaih (334-447 H)
  3. Golongan Bani Saljuq (447-590 H)

Dinasti-Dinasti di atas pada akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada

masa Khalifah Abbassiyah.

  1. 3.    Periode ketiga (590 H/1194 M – 656 H/1258 M)

Pada periode ini, kekuasaan berada kembali ditangan Khalifah, tetapi hanya di

baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya. Sedangkan para ahli kebudayaan Islam membagi masa kebudayaan Islam di zaman daulah Abbasiyah kepada 4 masa, yaitu :

  1. Masa Abbasy I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Bani Abbasiyah tahun 750 M, sampai meninggalnya Khalifah al-Wasiq (847 M).
  2. Masa Abbasy II, yaitu mulai Khalifah al-Mutawakkal (847 M), sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad (946 M).
  3. Masa Abbasy III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun (946 M) sampai masuk kaum Seljuk ke Baghdad (1055 M)
  4. Masa Abbasy IV, yaitu masuknya orang-orang Seljuk ke Baghdad (1055 M), sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Tartar di bawah pimpinan Hulako (1268 M).

Dalam versi yang lain, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan

Bani Abbasiyah menjadi lima periode:

  1. 1.      Priode pertama

        Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya.

Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan

politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat

tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan

ilmu pengetahuan dalam Islam.

         Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri Dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun

750 M sampai 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari Daulah Abbasiyah adalah Abu

Ja’far al-Mansur (754–775 M). Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat

Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri

itu, al-Mansur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, yaitu

Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat

pemerintahan Dinasti bani Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa Persia.

         Di ibu kota yang baru ini al-Mansur melakukan konsolidasi dan penertiban

pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di

lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan dia menciptakan tradisi baru

dengan mengangkat wazir sebagai koordinator departemen. Jabatan wazir yang

menggabungkan sebagian fungsi perdana menteri dengan menteri dalam negeri itu selama

lebih dari 50 tahun berada di tangan keluarga terpandang berasal dari Balkh, Persia (Iran).

Wazir yang pertama adalah Khalid bin Barmak, kemudian digantikan oleh anaknya, Yahya

bin Khalid. Yang terakhir ini kemudian mengangkat anaknya, Ja’far bin Yahya, menjadi

wazir muda. Sedangkan anaknya yang lain, Fadl bin Yahya, menjadi Gubernur Persia Barat

dan kemudian Khurasan. Pada masa tersebut persoalan-persoalan administrasi negara

lebih banyak ditangani keluarga Persia itu. Masuknya keluaraga non Arab ini ke dalam

pemerintahan merupakan unsur pembeda antara Daulah Abbasiyah dan Daulah Umayyah

yang berorientasi ke Arab.

         Khalifah al-Mansur juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan

kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad

ibn Abd al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang

sudah ada sejak masa Dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan

tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat, pada masa al-Mansur, jawatan

pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugasn melaporkan tingkah laku Gubernur setempat kepada Khalifah.

         Khalifah al-Mansur juga berusaha menaklukan kembali daerah-daerah yang

sebelumnya membebaskan diri dari pemerintahan pusat, dan memantapkan keamanan di

daerah perbatasan. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama

genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan.

         Pada masa al-Mansur pengertian Khalifah kembali berubah. Konsep khilafah dalam

pandangannya ——dan berlanjut ke generasi sesudahnya—— merupakan mandat dari

Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut nabi sebagaimana pada masa al

Khulafa’ al-Rasyidin.

         Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun al-

Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak

dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan

dokter dan farmasi didirikan. Tingkat kemakmuran paling tinggi terwujud pada zaman

Khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan

kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah

negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi (Yatim,

2003:52-53). Dengan demikian telah terlihat bahwa pada masa Khalifah Harun al-Rasyid

lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan

wilayah yang memang sudah luas. Orientasi kepada pembangunan peradaban dan

kebudayaan ini menjadi unsur pembanding lainnya antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti

Umayyah.

         Al-Makmun, pengganti al-Rasyid dikenal sebagai Khalifah yang sangat cinta kepada

ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Ia juga

mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait

al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan

perpustakaan yang besar. Pada masa al-Makmun inilah Baghdad mulai menjadi pusat

kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

         Al-Muktasim, Khalifah berikutnya (833-842 M) memberi peluang besar kepada orangorang Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Demikian ini di latar belakangi oleh

adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa al-Ma’mun dan sebelumnya. Keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan.

         Praktek orang-orang Muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara

khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti

Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat.

         Dalam periode ini, sebenarnya banyak gerakan politik yang mengganggu stabilitas,

baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti

gerakan sisa-sisa Dinasti Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas dan lain-lain semuanya dapat dipadamkan. Dalam kondisi seperti itu para Khalifah mempunyai prinsip kuat sebagai pusat politik dan agama sekaligus. Apabila tidak, seperti pada periode sesudahnya, stabilitas tidak lagi dapat dikontrol, bahkan para Khalifah sendiri berada dibawah pengaruh kekuasaan yang lain.

  1. 2.      Priode Kedua

         Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti

Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Kehidupan mewah para Khalifah ini ditiru oleh para hartawan dan anak-anak pejabat. Demikian ini menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. Kondisi ini memberi peluang kepada tentara profesional asal Turki yang semula diangkat oleh Khalifah al-Mu’tasim untuk mengambil alih kendali pemerintahan. Usaha mereka berhasil, sehingga kekuasaan sesungguhnya berada di tangan mereka, sementara kekuasaan Bani Abbas di dalam Khilafah Abbasiyah yang didirikannya mulai pudar, dan ini merupakan awal dari keruntuhan Dinasti ini, meskipun setelah itu usianya masih dapat bertahan lebih dari empat ratus tahun.

         Khalifah Mutawakkil (847-861 M) yang merupakan awal dari periode ini adalah

seorang Khalifah yang lemah. Pada masa pemerintahannya orang-orang Turki dapat

merebut kekuasaan dengan cepat. Setelah Khalifah al-Mutawakkil wafat, merekalah yang

memilih dan mengangkat Khalifah. Dengan demikian kekuasaan tidak lagi berada ditangan Bani Abbas, meskipun mereka tetap memegang jabatan Khalifah. Sebenarnya ada

usaha untuk melepaskan diri dari para perwira Turki itu, tetapi selalu gagal.

          Dari dua belasKhalifah pada periode kedua ini, hanya empat orang yang wafat dengan wajar, selebihnya kalau bukan dibunuh, mereka diturunkan dari tahtanya dengan paksa. Wibawa Khalifah merosot tajam. Setelah tentara Turki lemah dengan sendirinya, di daerah-daerah muncul tokoh-tokoh kuat yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan pusat, mendirikan Dinasti-Dinasti kecil. Inilah permulaan masa disintregasi dalam sejarah politik Islam.

         Adapun faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada

periode ini adalah sebagai berikut:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tentara, ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi.
  3. Kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat besar. Setelah Khalifah merosot, Khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad
  1. 3.      Priode ketiga

         Pada periode ini, Daulah Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Bani Buwaih. Keadaan Khalifah lebih buruk dari sebelumnya, terutama karena Bani Buwaih adalah penganut aliran Syi’ah. Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.

         Bani Buwaih membagi kekuasaannya kepada tiga bersaudara : Ali untuk wilayah bagian

selatan negeri Persia, Hasan untuk wilayah bagian utara, dan Ahmad untuk wilayah Al-

Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Dengan demikian Baghdad pada periode ini tidak lagi merupakan pusat pemerintahn Islam karena telah pindah ke Syiraz di masa berkuasa Ali

bin Buwaih yang memiliki kekuasaan Bani Buwaih.

         Meskipun demikian, dalam bidang ilmu pengetahuan Daulah Abbasiyah terus

mengalami kemajuan pada periode ini. Pada masa inilah muncul pemikir-pemikir besar

\seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Ibnu Maskawaih, dan kelompok studi Ikhwan as-

Safa. Bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga mengalami kemajuan. Kemajuan

ini juga diikuti dengan pembangunan masjid dan rumah sakit.

         Pada masa Bani Buwaih berkuasa di Baghdad, telah terjadi beberapa kali kerusuhan

aliran antara Ahlussunnah dan Syi’ah, pemberontakan tentara dan sebagainya.

  1. 4.      Periode keempat (1055-1199 M)

         Periode ini ditandai dengan kekuasaan Bani Seljuk atas Daulah Abbasiyah. Kehadiran

Bani Seljuk ini adalah atas undangan Khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaih di Baghdad. Keadaan Khalifah memang membaik, paling tidak karena kewibawaannya dalam bidang agama kembali setelah beberapa lama dikuasai oleh orang-orang Syi’ah.

         Sebagaimana pada periode sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang pada periode ini. Nizam al-Mulk, perdana menteri pada masa Alp Arselan dan Malikhsyah, mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M) dan madrasah Hanafiyah di Baghdad.

         Cabang-cabang Madrasah Nizamiyah didirikan hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan. Madrasah ini menjadi model bagi perguruan tinggi dikemudian hari. Dari madrasah ini telah lahir banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Di antara para cendekiawan

Islam yang dilahirkan dan berkembang pada periode ini adalah al-Zamakhsari, penulis

dalam bidang Tafsir dan Ushul al-Din (teologi), Al-Qusyairi dalam bidang tafsir, al-Ghazali

dalam bidang ilmu kalam dan tasawwuf, dan Umar Khayyam dalam bidang ilmu perbintangan.

         Dalam bidang politik, pusat kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka

membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa propinsi dengan seorang Gubernur untuk

mengepalai masing-masing propinsi tersebut. Pada masa pusat kekuasaan melemah,

masing-masing propinsi tersebut memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan yang

terjadi di antara mereka melemahkan mereka sendiri, dan sedikit demi sedikit kekuasaan

politik Khalifah menguat kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan mereka tersebut

berakhir di Irak di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/ 1199 M.

  1. 5.      Periode kelima (1199-1258 M)

         Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khalifah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan Dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti Islam berdiri. Ada di antaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah Dinasti kecil.

         Para Khalifah Abbasiyah sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan Khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.

         Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khalifah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran ini tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena Khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang.

         Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila Khalifah kuat, para menteri

cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan

berkuasa mengatur roda pemerintahan.

         Disamping kelemahan Khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di antara nya adalah sebagai berikut:

  1. 1.      Faktor Internal
    1. Persaingan antar Bangsa

      Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah

      dirasakan sejak awal Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para Khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tidak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Daulah Abbasiyyah sebenarnya sudahberakhir

  1. Kemerosotan Ekonomi

Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit.

Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik Dinasti

Abbasiyah. Kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan

Konflik Keagamaan

  1. Konflik yang melatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara Muslim dan

Zindik atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antara aliran dalam Islam.

  1. Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan

Kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah

mendorong para penguasa untuk hidup mewah, yang kemudian ditiru oleh para hartawan dan anak-anak pejabat sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin (Yatim, 2003:61-62).

  1. 2.      Faktor Eksternal
    1. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banya korban.
    2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.

                                                                                                                         

  1. J.     Perkembangan Intelektual

         Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada

masa pemerintahhan Harun ar-Rasyid , kemajuan intelektual pada waktu itu setidaknya

dipengaruhi oleh dua hal yaitu:

  1. Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
  2. Gerakan Terjemah, Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain ;
    1. Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-Ghazali,Ibnu Rusyid.
    2. Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra ,Ar-Razi.
    3. Bidang Matematika: Umar al-Farukhan , al-Khawarizmi.
    4. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya. Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
  1. 1.      Ilmu Umum
  2. Ilmu Filsafat

1)   Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.

2)   Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.

3)   Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)

4)   Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)

5)   Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain

6)   Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan lainlain

7)   Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah dan lain-lain

  1. Bidang Kedokteran

1)   Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.

2)    Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai      penterjemah bahasa asing.

3)   Thabib bin Qurra (836-901 M)

4)   Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan  campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

  1. Bidang Matematika

1)   Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.

2)   Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).

  1. Bidang Astronomi

1)   Al Farazi : pencipta Astro lobe

2)   Al Gattani/Al Betagnius

3)   Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan

4)   Al Farghoni atau Al Fragenius

  1. Bidang Seni Ukir

         `Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.

  1. 2.      Ilmu Naqli
  2. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain
  3. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain
  4. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakanb ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali
  5. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya : Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.
  6. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).

 

  1. Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik

         Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dar bangunan –bangunan yang berupa:

  1. a.    Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
  2. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
  3. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
  4. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
  5. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.

         Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan

ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah

Mansyur.

 

  1. L.   Kehidupan Perekonomian Daulah Bani Abbasiyah

         Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah, perbendaharaan negara penuh dan

berlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak daripada pengeluaran. Yang menjadi Khalifah

adalah Mansyur. Dia betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan

keuangan negara. Dia mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan Islam.

Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :

  1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali.
  2. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota dan industri-industrinya.
  3. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan seperti:

a) Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.

b) Membangun armada-armada dagang.

c) Membangun armada : untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut.

         Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan

dalam dan luar negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum muslimin melintasi segala

negeri dan kapal-kapal dagangnya mengarungi tujuh lautan.

         Selain ketiga hal tersebut, juga terdapat peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani Abbassiyah. Antara Lain :

  1. Istana Qarruzzabad di Baghdad
  2. Istana di kota Samarra
  3. Bangunan-bangunan sekolah
  4. Kuttab
  5. Masjid
  6. Majlis Muhadharah
  7. Darul Hikmah
  8. Masjid Raya Kordova (786 M)
  9. Masjid Ibnu Taulon di Kairo (876 M)
  10. Istana Al Hamra di Kordova
  11. Istana Al Cazar, dan lain-lain (Ma’ruf,1996:39-40).

 

M. Strategi Kebudayaan dan Rasionalitas

         Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa kebebasan berpikir diakui sepenuhnya

sebagai hak asasi setiap manusia oleh Daulah Abbasiyah. Oleh karena itu, pada waktu itu

akal dan pikiran benar-benar dibebaskan dari belenggu taqlid, sehingga orang leluasa

mengeluarkan pendapat. Berawal dari itu, zaman pemerintahan Abbasiyah awal

melahirkan 4 Imam Madzhab yang ulung, mereka adalah Syafi’i , Hanafi, Hambali , dan

Maliki.

         Disamping itu, zaman pemerintahan Abbasiyah awal itu juga melahirkan Ilmu Tafsir

al-Quran dan pemisahnya dari Ilmu Hadits. Sebelumnya, belum terdapat penafsiran

seluruh al-Quran, yang ada hanyalah Tafsir bagi sebagian ayat dari berbagai surah, yang

dibuat untuk tujuan tertentu (Syalaby, 1997:187).

         Dalam negara Islam di masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang

berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam

unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang

mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani,

Kebudayaan Hindu dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.

  1. Kebudayaan Persia, Pesatnya perkembangan kebudayaan Persia di zaman ini karena 2 faktor, yaitu :
    1. Pembentukan lembaga wizarah
    2. Pemindahan ibukota
  1. Kebudayaan Hindu, Peranan orang India dalam membentuk kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:
    1. Secara langsung, Kaum muslimin berhubungan langsung dengan orang-orang India seperti lewat perdagangan dan penaklukan.
    2. Secara tak langsung,penyaluran kebudayaan India ke dalam kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
  1. Kebudayaan Yunani

                Sebelum dan sesudah Islam, terkenallah di Timur beberapa kota yang menjadi pusat

kehidupan kebudayaan Yunani. Yang paling termasyur diantaranya adalah :

  1. Jundaisabur, Terletak di Khuzistan, dibangun oleh Sabur yang dijadikan tempat pembuangan para tawanan Romawi. Setelah jatuh di bawah kekuasaan Islam. Sekolah-sekolah tinggi kedokteran yang asalnya diajar berbagai ilmu Yunani dan bahasa Persia, diadakan perubahan-perubahan dan pembaharuan.

b. Harran,Kota yang dibangun di utara Iraq yang menjadi pusat pertemuan segala macam kebudayaan. Warga kota Harran merupakan pengembangan kebudayaan Yunani terpenting di zaman Islam, terutama dimasa Daulah Abbassiyah.

  1. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani. Dalam kota Iskandariyyah ini lahir aliran falsafah terbesar yang dikenal “Filsafat Baru Plato” (Neo Platonisme). Dalam masa Bani Abbassiyah hubungan alam pemikiran Neo Platonisme bertambah erat dengan alam pikiran kaum muslimin.
  1. Kebudayaan Arab

         Masuknya kebudayaan Arab ke dalam kebudayaan Islam terjadi dengan dua jalan

utama, yaitu :

  1. Jalan Agama, Mengharuskan mempelajari Qur’an, Hadist, Fiqh yang semuanya dalam bahasa Arab.
  2. Jalan Bahasa,Jazirah Arabia adalah sumber bahasa Arab, bahasa terkaya diantara rumpun bahasa samy dan tempat lahirnya Islam.

 

N. Catatan Simpul

       Daulah Abbasiyah merupakan lanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah.

Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendirinya adalah keturunan Abbas, paman

Nabi. Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abdullah as-Safah. Kekuasaannya berlansung dari

tahun 750-1258 M. Di dalam Daulah Bani Abbasiyah terdapat ciri-ciri yang menonjol yang

tidak terdapat di zaman bani Umayyah, antara lain :

  1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan Dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa bani Abbas ada jabatan Wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya belum ada tentara Khusus yang profesional.

Pada masa Daulah Abbasiyyah kehidupan peradaban Islam sangat maju. Sehingga pada masa itu dikatakan sebagai jaman keemasan Islam. Karena kaum muslim sudah sampai pada puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi dan keuangan lebih lagi dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir. Hal ini dikarenakan antara lain :

a)    Penerjemahan buku berbahasa asing. Seperti halnyaYunani, Mesir, Persia, India dan lain-lain kedalam bahasa Arab dengan sangat gencar.

b)   Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh kaum muslimin itu sendiri.
       Kemajuan yang dicapai pada masa kejayaan Islam, yakni terjadi pada masa pemerintahan Daulah bani Abbasiyyah. Dalam segala bidang, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dll. Pada masa itu, kemajuan ilmu pengetahuan begitu pesatnya. Baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya. Perkembangan ilmu pada waktu itu antara lain :

1)      Ilmu Tafsir

2)      Ilmu Hadist

3)      Ilmu Fikih

4)      Ilmu TasawuF

5)      Filsafat Islam

6)      Kedokteran

7)      Astronomi

8)      Matematika

9)      Sejarah

10)  Perkembangan Kebudayaan

Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Berdasarkan perubahan tersebut, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi 3 periode. Dalam versi yang lain, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode.

         

            Dari Ringkasan cerita sejarah yang termuat dalam makalah kami tersebut, banyak mengandung tujuan yang hendak disampaikan. Yakni :

  • Mengetahui sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah
  • Mengetahui tokoh-tokoh ilmuwan Islam pada masa Daulah Abbasiyah
  •  Mengetahui peran tokoh-tokoh ilmuwan Islam pada masa Daulah Abbasiyah
  • Mengetahui perkembangn kebudayaan
  • Dan dapat membandingkan dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan zaman sekarang
  • Sejarah tersebut diatas dapt menjadi tolak ukur pengetahuan dan pedoman

Diantara tujuan-tujuan tersebut, semoga berdampak baik bagi kta semua.

Meskipun makalah ini telah selesai tapi takkan pernah ada kata puas bagi kami untuk tetap megash dan mengasah ilmu sejarah Islam yang tertanamdalam diri kami.

Demikianlah makalah yang kami buat, memang diluar dari kesempurnaan. Karena kami menyadari kalau kesempurnaan itu hanya milik Allah Swt. Akhir gores:

                                                              Wassalam

                                                                                                                                                                                                                              Penulis

Tinggalkan komentar